Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Manusia (Human)
Secara
bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme
hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari
satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai berikut:
Budaya (Culture)
Budaya (Culture)
Related
Istilah kebudayaan berasal dari kata budh berasal dari bahasa Sansekeerta. Dari kata budh ini kemudian dibentuk kata budhayah yang artinya bangun atau sadar. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah culture.
Kata budaya
merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang
berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang
berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di
istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam
bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini
berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.
Manusia dan Kebudayaan
Antara
manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan
kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya
tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi
tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan
tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar
kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya
hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan
manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan
terhadap kebudayaan yaitu:)
·
penganut kebudayaan
·
pembawa kebudayaan
·
manipulator kebudayaan
·
pencipta kebudayaan.
Pembentukan
kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan
dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa
yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang
dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia
dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life,
yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Hubungan
Manusia dan Pendidikan
Manusia
Manusia disebut “Homo
Sapiens”. Artinya, makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.
Salah satu insting manusia
adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang
belum diketahuinya. Berawal dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu
pengetahuan.
Manusia sebagai makhluk yang
diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang
tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah
akal pikirannya manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu proses
pembelajaran. Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai
ikatan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir
bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidupnya.
Manusia disebut juga “ Homo Sapiens
” yang artinya sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu
pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin
mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum diketahuinya. Berawal
dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari rasa
ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang bermanfaat untuk manusia itu
sendiri.
Dalam hidupnya manusia digerakan
sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi oleh tanggung
jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan –
kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan – keterbatasan. Manusia tidak
hanya memiliki sifat – sifat yang baik namun juga mempunyai sifat – sifat yang
kurang baik. Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk
mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu
membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai
kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya
sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat
diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku
manusia dapat didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah
yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui
suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat
rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia. Dalam ajaran Agama Islam memandang
bahwa manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani. Potensi dasar manusia yang
dikembangkan itu tidak lain adalah bertuhan dan cenderung kepada kebaikan
bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas memilih dan berkreasi.
Kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap sesuai ukuran tingkat
kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kerativitas seperti pendengaran,
pengelihatan serta pola piker manusia tersebut.
Pendidikan
Pendidikan
adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam,
dengansesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral,intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk
kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yangditujukan untuk kepentingan
tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuanakhir.
Pendidikan
berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah
pribadiyang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu
dapat hidup dengan tenang.Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi
anggota kesatuan sosial manusia tanpakehilangan pribadinya masing-masing. Sejak
dahulu, disepakati bahwa dalam pribadi individu tumbuhatas dua kekuatan yaitu :
kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantaramenyebutnya
dengan istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki
HajarDewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”.Teori konvergensi yang
berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar saling memberipengaruh,
kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi terpengaruh
lingkungan, danlingkungan pun diubah oleh si pribadi. Faktor-faktor intern
(dari dalam) berkembang dan hasilperkembangannya digunakan untuk mengembangkan
pribadi di lingkungan. Factor dari luar danlingkungan kadang tidak berkembang
dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-halnegatif yang
timbul dari luar dirinya.
Pendidikan
adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam,
dengan sesamamanusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral,intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk
kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yangditujukan untuk kepentingan
tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuanakhir.
Secara
sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan
secara sadaroleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan
jasmani dan rohani menuju terbentuknyakepribadian yang utama.Tujuan Pendidikan
Nasional adalah menghasilkan manusia yang berkualitasyang dideskripsikan dengan
jelas dalam UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN1993, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur,berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional,bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air,mempunyai semangat
kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa,
menghargaijasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Pendidikan
tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum
dalam UUSPN dan PP No 29 Tahun 1990. selain pendidikan dipusatkan untuk membina
kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.
Berikut adalah penjelasannya : Pengembangan kehidupan sebagai pribadi
sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1.
memperkuat dasar keimanan dan
ketakwaan,
2.
membiasakan untuk berprilaku yang
baik,
3.
memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar,
4.
memelihara kesehatan jasmani dan
rohani,
5.
memberikan kemampuan untuk
belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.
Pengembangan
kehidupan sebagai anggota masyarakat :
a.
memperkuat kesadaran hidup
beragama dalam masyarakat,
b.
menumbuhkan rasa tanggung jawab
dalam lingkungan hidup,
c.
memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengembangan kehidupan sebagai warga Negara mencakup upaya untuk :
ü
mengembangkan perhatian dan
pengetahuan hak dan kewajiban sebagai warga Negara RI
ü
menanamkan rasa ikut bertanggung
jawab terhadap kemajuan bangsa dan Negara
ü
memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pengembangan kehidupan sebagai umat manusia mencakup
upaya untuk :
1) meningkatkan
harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,
2) meningkatkan
kesadaran tentang HAM,
3) memberikan
pengertian tentang ketertiban dunia,
4) meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa,
5) mempersiapkan
peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.Pembinaan tersebut pada dasarnya
dipersiapkan untuk kehidupan riil dan material di dunia sertakehidupan di
akhirat kelak.
Pada
hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga,
masyarakat, dan sekolah/lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama
dan utama pendidikan, masyarakat sebagaitempat berkembangnya pendidikan, dan
sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan.
Kebudayaan
Kebudayaan
sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya,
dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan
selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk
memasuki zaman modern.
Manusia
sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus
berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah
yang mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa
keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya
telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka alamlah yang
dikendalikan oleh manusia.Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup
diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian
mengenai lingkungan.
Pendidikan
Dalam
pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun
menurut Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu
mengandung pengertian:
1. Proses
perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku
dalam masyarakatnya
2. Proses
sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin
(misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan pribadinya.
Sedangkan
menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal
Cultural History of Western Education bahwa: Pendidikan adalah kegiatan
menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari
generasi ke generasi berikutnya.
Menurut
Hasan Langgulung dalam bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang
dikerjakan oleh pendidikan dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses
pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah
kontradiksi budaya.
Kebudayaan dan Pendidikan
Menurut DR.
Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah pendidikan yakni
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan,
menyelaraskan, mengecam dan merubah proses pendidikan dengan
persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk
menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang
kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari
generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap
terpelihara, tulis Hasan Langgulung.
Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali
huibugan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama
lainnya. Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan
tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya
masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya
senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi.
Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai
tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut
didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam
penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal. Seperti dikemukakan Hasan Langgulung
bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi
individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua
hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup
suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan
dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan
individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung
antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu
pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya
dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan
nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu
peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia
sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri.
Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia
pencipta budaya itu.
Ø Pendidikan
secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga
dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling
efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena
saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya. Tujuan pendidikan
pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan
adanya pendidikanlah kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi
ke generasi selanjutnya. Dan juga kita sebagai masyarakat mencita-citakan
terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik ke depannya, maka sudah
dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi.
Manusia seperti yang kita ketahui
sangat erat sekali hubungannya dengan kebudayaan dan pendidikan. Pendidikan
merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “ Education as Cultural Conservation ”. Disini peran
pendidikan sebagai pelestarian budaya dan pendidikan harus didasarkan kepada
nilai – nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Pendidikan merupakan salah satu unsur kebudayaan, karena proses pendidikan pada
dasarnya merupakan hakikat dari kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan nilai –
nilai kebudayaan yang beragam, kompleks dan terintegrasi maka suatu proses
pendidikan tidak dapat dilihat dari satu sudut saja. Tetapi harus menggunakan
pandangan yang multi displiner.
Manusia sebagai makhluk sosial,
dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari hubungan sosial. Kebudayaan
mengatur manusia untuk bertindak. Kebudayaan melahirkan kaidah – kaidah untuk
melindungi masyarakat dari kehancuran yang diakhibatkan oleh kekuatan –
kekuatan tersembunyi di masyarakat. Kaidah – kaidah ini berupa petunjuk cara
bertingkah laku di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan mengatur agar manusia
dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya
kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Apabila manusia hidup sendiri, maka
tak aka nada manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan – tindakannya.
Akan tetapi setiap manusia, bagaimana hidupnya akan selalu menciptakan
kebiasaan bagi dirinya sendiri.
Manusia tanpa kebudayaan dan
pendidikan bagaikan kesatuan tubuh yang tanpa arti. Karena
kebudayaan manusia dapat mengetahui semua yang ada di lingkungannya. Peranan
kebudayaan dan pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Sekolah adalah
salah satu contoh kebudayaan dan pendidikan. Sekolah merupakan suatu lembaga
utama ( selain keluarga ) yang dipergunakan oleh orang dewasa dalam mewariskan
kebudayaan kepada anak – anaknya ( generasi penerus ). Oleh karena itu orang dewasa
yang ada di sekolah (guru) harus memiliki pemahaman yang jelas tentang budaya
yang berkembang di masyarakat, baik secara mikro maupun secara makro yang
meliputi tentang nilai, kepercayaan, dan norma.
Manusia merupakan individu yang
memerlukan pendidikan yang layak. Pendidikan salah satu contoh kebudayaan yang
selalu berkembang sesuai perkembangan zaman. Manusia yang baik adalah manusia
yang dapat melestarikan kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk budaya.
Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan
nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan
makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan pendidikan.
Perkembangan pendidikan sejajar dengan perkambangan kebudayaan. Pendidikan
selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan
proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai – nilai kebudayaan ( pendidikan bersifat reflektif
). Pendidikan juga bersifat progresif yaitu
yang selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu
perlu pendidikan formal dan informal yang disengaja diadakan atau tidak.
Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem,
isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan.
Pendidikan informal
lebih dahulu ada
dari pada pendidikan formal ( education dan schooling ) pendidikan
informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang
muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan
gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan
memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara
karena segala unsure kebudayaan bernilai pendidikan baik yang direncanakan
ataupun yang tidak direncanakan. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan.
Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan – kemampuan untuk
mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan
pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik.
Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di
analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh
makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui
pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami
menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab
itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal
sebagai manusia
Dengan demikian pendidikan merupakan
ikhtiar pembudayaan demi peradaban manusia. Pendidikan bermakna sebagai proses
pembudayaan dan seiring bersama itu berkembanglah sejarah peradaban manusia.
Seluruh kebudayaan hanya bias dialihkan dari satu generasi ke generasi lain
melalui pendidikan. Kalau demikian halnya maka pendidikan tidak hanya merupakan
prakarsa bagi terjadinya pengahlian pengetahuan dan keterampilan tetapi juga
melalui pengalihan nilai – nilai budaya dan norma – norma sosial.
Nilai – nilai budaya yang diwariskan
merupakan unsur luar yang masuk ke dalam diri manusia, sementara dalam diri
manusia ada unsur yang menonjol keluar seperti perkembangan potensi yang
dimiliki manusia. Tugas utama pendidikan adalah berusaha mewariskan nilai –
nilai budaya tersebut, sesuai dengan potensi dan lingkungan pada individu dan
masyarakat. Hasan Langgulung, menyatakan sulit dibayangkan bahwa seseorang
tanpa lingkungan yang member corak kepada watak dan kepribadian, sebab
lingkungan inilah yang berusaha mewariskan nilai – nilai budaya yang
dimilikinya dengan tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya tersebut
sepanjang zaman. Sebab budaya dan peradaban juga bias mati apabila nilai –
nilai, norma – norma dan berbagai unsur lainnya yang dimiliki berhenti dan
tidak berfungsi lagi.
SUMBER :
Prof. Dr. H. Jabludddin dan
Drs.Abdullah idi. M.Ed. Filsafat
Pendidikan Pelembang, GMP.1997.
Ali, H. Filsafat Pendidikan. Kota Kembang, Yogjakarta.1990
Langgulung, H. Asas-Asas Pendidikan Islam, H. Husna.
Jakarta,19987
Gazalba, S. Pengantar Kebudayaan
sebagai ilmu. Kanisius, Yogyakarta.19991