Lingkungan Pendidikan - Pedagogik


pedagogik

Berbicara pendidikan adalah berbicara tentang bagaimana membentuk karakter manusia sebagaimana yang diinginkan. Sedangkan karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor, di anataranya adalah lingkungannya. Orang berbeda karakternya, disebabkan oleh karena mereka tumbuh di lingkungan yang berbeda. Karakter seorang anak petani akan berbeda dengan anak nelayan, dan anak nelayan akan berbeda dari anak pedagang dan seterusnya. Perbedaan itu, disebabkan oleh lingkungan mereka yang berbeda itu.
Betapa besarnya peran lingkungan dalam membentuk perilaku seseorang dapat dilihat dalam gambaran berikut. Bahwa seseorang akan merasa harus berhati-hati tatkala berada di tempat yang terawat, rapi dan bersih. Orang akan ikut menata dirinya agar tidak disalahkan oleh orang lain ketika perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Siapapun tidak mau dianggap mengganggu kebersihan yang seharusnya dijaga. Orang juga akan beradaptasi dengan lingkungan di mana mereka berada. Lingkungan yang rapi, tertib, dan bersih akan memaksa siapapun bertingkah laku sebagaimana tempat di mana mereka berada.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukurannormatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dandipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja.Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, danmasyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan.Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yangmaksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal. Pendidikan juga merupakan suatu upaya yang sangat mutlak dalam suatu kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan faktor penting dan bermanfaat bagi kehidupan dalam upaya meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Kegiatan pendidikan di manapun berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruang maupun waktu.
Lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan ada yang bersifat sengaja dan bersifat tidak sengaja. Artinya lingkungan tidak ada kesengajaan tertentu di dalam memberikan pengaruhnya kepada perkembangan anak didik. Ada tiga macam lingkungan, menurut tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan di mana pendidikan berlangsung agar dapat memberikan pengaruh yang positif kepada perkembangan anak didik, maka hendaknya kita usahakan sedemikian rupa sehingga masing-masing lingkungan senantiasa memberikan pengaruhnya yang baik
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda,daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidupa lainnya.Lingkungan dibedakan menajdi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orangyang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupaudara, meja kursi, papantulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya danmasyarakat.Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbgai factor lingkunganyang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagailingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian darilingkungan sosial.
Setiap manusia pasti memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya pendidikan (Indrakusuma, 1978).
Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardja (2000) adalah untuk membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik/sosial/budaya) dan mengajarkan tingkah laku umum serta menyeleksi atau mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antaralingkungan yang sau dengan lingkungan yang lain tidka mungkin untuk berdiri sendiri.Terdapat hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia.Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkunganmasayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolahsekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungansehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikandan berkepribadian unggul.

Jenis Lingkungan Pendidikan
Mengacu pada pengertian lingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkunganyaitu :
      1.      Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang mula-mula dan terpenting. Sering juga disebut sebagai lingkungan pendidikan tertua, bersifat informal,  yang pertama dan utama karena memang orang tua dalam keluargalah yang terutama memiliki tanggung jawab atas pendidikan anak kandungnya. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utamakarena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dansebagian dikembangkan. Menurut kodratnya orang tua harus mendidik anak-anaknya, terdorong oleh suatu insting, yaitu rasa cinta yang asli terhadap keturunannya.
Pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga, oleh karena itu tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar berasal dari pendidikan kedua orang tuanya dan anggota keluarga yang lain (Indrakusuma, 1978). Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak, seperti rasa tenggang rasa, suka menolong, hidup damai, kerjasama, kegotongroyongan, kepekaan, dan sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga menyerahkan sebagian peran/tanggungjawabnya kepada jalur pendidikan formal (sekolah) maupun non formal (kursus, kelompok belajar, dsb).
Peran jalur pendidikan formal (sekolah) semakin lama semakin penting, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan aspek kognitif (pengetahuan) dan skill/psikomotorik (ketrampilan). Hal ini tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pendidikan anaknya, diharapkan keluarga lebih banyak bekerja sama dan mendukung kegiatan pusat/lingkungan pendidikan lainnya (sekolah dan masyarakat).

Pendidikan keluarga dapat diebdakan menjadi dua yaitu :
a) Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern.
Secara sederhana pendidikan prenatala dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar dan selamat.
b) Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.
Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir kedunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadimanusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusiahidup.Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluarag sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhioleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karenakesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
            - Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
            - Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
            - Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

      2.      Lingkungan sekolah
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada,  baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas.
Adapun secara istilah Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau “murid“) di bawah pengawasan guru. Dengan demikian, lingkungan sekolah dapat diartikan segala sesuatu yang tampak dan terdapat di sekolah, baik itu alam sekitar maupun setiap individu yang berada di dalamnya.
Lingkungan sekolah disebut juga lingkungan kedua yang didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anaknya. Sehingga pendidikan di sekolah berperan sebagai bagian dan lanjutan dari pendidikan keluarga, serta merupakan jembatan yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak (Indrakusuma, 1978).
Untuk mempersiapkan anak agar hidup dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern, telah tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini, anak-anak tidak cukup hanya menerima pendidikan dan pengajaran dari lingkungan keluarganya saja. Maka dari itu, masyarakat atau negara mendirikan sekolah-sekolah. Kehidupan dan pergaulan di lingkungan sekolah sifatnya lebih tegas dan lugas, harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh peserta didik dan pendidikan. Pendidikan etika juga diberikan di sekolah, namun hanya merupakan bantuan terhadap pendidikan budi pekerti yang telah dilaksanakan oleh keluarga, karena tujuan dan tanggung jawab utama sekolah membekali ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dipergunakan dalam kehidupannya di masyarakat (Purwanto, 2002).
Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu. Tentunya tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu orang tua menyekolahkan anaknya agar bisa lebih baik lagi di bidang ilmu pengetahuan dan keterampilannya. Begitu juga dengan sekolah, tentunya bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.

Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
  ü  tanggung jawab formal kelembagaan
  ü  tanggung jawab keilmuan
  ü  tanggung jawab fungsion

Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan
Di sekolah yang disana tempat berkumpulnya anak-anak yang memiliki umur yang sebaya dan wawasan pengetahuan yang relatif sederajat sekaligus menerima pengajaran yang sama sehingga mereka akan memasuki dan merasakan sebuah lingkungan yang berbeda sekali dengan lingkungan keluarga atau rumah yang pernah mereka rasakan. Adapun yang membedakan lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah antara lain :

1)        Suasana
Rumah adalah tempat anak-anak itu lahir dan kelahirannya juga disambut dengan sukacita. Kemudian setelah itu mereka diasuh oleh kedua orang tua mereka dengan penuh kasih sayang. Sedangkan di sekolah mereka akan menghadapi guru yang tak mereka kenal dan kasih sayang guru juga tak sedalam kasih sayang kedua orangnya.

2)        Tanggung jawab
Di rumah, dikarenakan ayah dan ibu sebagai orang tua kandung anak-anak mereka, maka sudah barang tentu orang tua tersebut memiliki perhatian yang lebih terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya. Sebaliknya di sekolah guru yang seharusnya memiliki kewajiban untuk mendidik peserta didiknya, sebagian besar guru merasa telah memenuhi kewajibannya ketika hanya berhasil menaikkan atau meluluskan peserta didiknya.

3)        Kebebasan
Ketika di rumah anak memiliki kebebasan yang lebih dalam gerak-geriknya, ia bebas makan ketika lapar, atau tidur ketika ngantuk. Sedangkan di sekolah kebebasan semacam itu tak bisa di dapatkannya karena di sana ada aturan-aturan yang harus dipatuhi.

4)        Pergaulan
Pergaulan di rumah senantiasa diliputi suasana kasih sayang, saling mengerti dan saling bantu membantu, meskipun terkadang terdapat pertikaian antara kakak dan adik, tetapi di luar rumah pasti kakak senantiasa melindungi adiknya. Di sekolah pergaulan antar murid acapkali lebih “lues” (zakelijk). Mereka harus menghargai hak dan kepentinagn masing-masing.
Hal-hal diatas, menunjukkan perbedaan yang asasi antara rumah dengan sekolah. Rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya. Pemeliharaan orang tua terhadap anak bukan diperoleh dari suatu pengalaman, melainkan adalah sifat yang naluriyah. Sekolah yang dibuat sendiri oleh manusia, karena semakin tinggi tingkat kebudayaan, maka tuntutan masyarakat bertambah tinggi pula. Lingkungan rumah tak lagi mampu mendidik anak dengan maksimal. Dengan demikian masyarakat mendirikan sekolah-sekolah, yang disana dilaksanakan pendidikan untuk anak disertai peraturan-peraturan tertentu.

Fungsi dan Peranan Sekolah
Mengenyam pendidikan pada institusi pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Mulai dari anak tukang sapu jalan, anak tukang batu, anak tukang jambret, anak pak tani, anak bisnismen, anak pejabat tinggi negara, dan sebagainya harus bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya hingga lulus SMP.

Manfaat dan Fungsi Belajar di Sekolah dan di Perguruan Tinggi :
Ø Melatih Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar).
Dengan melatih serta mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan masalah, logika, dan lain sebagainya maka diharapkan seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik. Orang yang tidak sekolah biasanya tidak memiliki kemampuan akademis yang baik sehingga dapat dibedakan dengan orang yang bersekolah. Kehidupan yang ada di masa depan tidaklah semudah dan seindah saat ini karena dibutuhkan perjuangan dan kerja keras serta banyak ilmu pengetahuan.

Ø Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan Disiplin.
Dengan mengharuskan seorang siswa atau mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan aturan yang berlaku maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan seseorang. Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk belajar secara terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik.

Ø Memperkenalkan Tanggung Jawab.
Tanggung jawab seorang anak adalah belajar di mana orangtua atau wali yang memberi nafkah. Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan bersekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan lain-lain.

Ø Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan.
Banyaknya teman yang bersekolah bersama akan memperluas hubungan sosial seorang siswa. Tidak menutup kemungkinan di masa depan akan membentuk jaringan bisnis dengan sesama teman di mana di antara sesamanya sudah saling kenal dan percaya. Dengan memiliki teman maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan baik.

Ø Sebagai Identitas Diri.
Lulus dari sebuah institusi pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau ijazah khusus yang mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas yang baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang terpelajarlah yang akan mendapatkan pekerjaan tersebut

Ø Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas.
Seorang siswa dapat mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap kegiatan akademis belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri seseorang. Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin baik pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator atau perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang itu sendiri.

      3.      Lingkungan masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan selain pendidikan dari lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak sudah mulai lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Namun orng tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap mengontrol perkembangan atau pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh yang lebih luas di banding dengan lingkungan pendidikan yang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu:
      a)      pranata pendidikan bertugas dalam upaya sosialisasi
      b)      pranata ekonomi bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
      c)      pranata politik bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
      d)      pranata teknologi bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
      e)      pranata moral dan etika bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat
Dari ketiga macam pengaruh lingkungan pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), kiranya lingkungan masyarakatlah yang cukup sulit dirancang agar selalu memberikan pengaruhnya yang baik untuk perkembangan anak didik. Karena lingkungan masyarakat itu sangat luas dan banyak berbagai pihak yang berperan dalam masyarakat tersebut, sehingga memerlukan pengawasan dan pengontrolan yang lebih agar suasana lingkungan masyarakat dapat memberikan pengaruh yang baik bagi pendidikan anak.
Masyarakat yang berperan aktif dalam bidang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Kelompok ini berupa organisasi-organisasi pendidikan, sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan sebagainya. Semua kelompok ini perlu dilibatkan secara aktif dalam membantu dan mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pengelola atau pihak sekolah hendaknya mampu menganalisis kelompok masyarakat mana yang bisa dilibatkan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sebagai gambaran dibawah ini disajikan skema tentang keterlibatan berbagai pihak dalam School District di Amerika menurut Hoy & Miskel (1987). 
Sementara itu, Unruh (1974) mengelompokkan masyarakat menurut hubungannya dengan sekolah. Kelompok tersebut adalah: (1) Immadiate (pihak yang sangat cepat berhubungan dengan sekolah yaitu siswa, guru, dan orang tua siswa); (2) Associated (pihak yang tertarik pada sekolah); (3) Disassociated (pihak yang tidak tertarik dengan sekolah); dan (4) Institusionalized (lembaga umum).

SUMBER :
1.    Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press
2.    Diposkan oleh Dyah Citra Wardani di 05:29
3.    Diposkan oleh Imam Gunawan di 00:41


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel