Kebudayaan Dan Masyarakat
KEBUDAYAAN DAN
MASYARAKAT
Kepribadian dan
Masyarakat
Menurut Roucek dan Warren dalam Sociology an
Introduction, kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis
dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan,
sikap dan lain-lain sifat yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang
tersebut berhubungan dengan orang lain.
Sifat-sifat tadi makin lama makin berkembang dengan
bertambah dewasanya individu tersebut. Semuanya itu, akan menghasilkan peranan
individu dalam kelompoknya.
Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap
kepribadian, sebaiknya dibatasi pada bagian kebudayaan yang secara langsung
mempengaruhi kepribadian.
Untuk membatasi diri pada hal-hal yang penting, maka
beberapa uraian di bawah ini, akan dapat dikaitkan dengan tipe-tipe kebudayaan
khusus yang nyata mempengaruhi bentuk-bentuk kepribadian,
yakni :
1.
Kebudayaan-kebudayaan
khusus atas dasr kedaerahan
2.
Cara
hidup di kota dan di desa yanng berbeda (urban dan rural ways of life)
3.
kebudayaan
khusus kelas social
4.
kebudayaan
khusus atas dasar agama
5.
kebudayaan
berdasarkan profesi
inti kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem
nilai yang dianut oleh masyarakat pendukung kebudayaan bersangkutan. Sistem
nilai tersebut mencakup konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap
buruk (sehingga harus dihindari) dan apa yang dianggap baik (sehingga harus
selalu dianut). Dengan demikian, dikenal pembedaan antara nilai-nilai yang
positif dan nilai-nilai yang negatif.
Nilai-nilai tersebut (misalnya yang positif)
dikongkritkan ke dalam norma-norma. Norma-norma tersebut merupakan patokan atau
pedoman untuk berperilaku secara pantas. Misalnya, ada nilai positif yang
menyatakan bahwa manusia harus menepati janjinya, nilai tersebut, antara lain, terwujud
dalam norma (hukum) yang berbunyi “perjanjian
berlaku sebagai undang-undang bagi pembuatnya”.
Gerak Kebudayaan
Tidak
ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak.
Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat
yang menjadi wadah kebudayaan. Gerak manusia terjadi, karena manusia mengadakan
hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.
Hal
ini berarti, karena terjadinya hubungan antar kelompok manusia di dalam
masyarakat. Menurut Koentjaraningrat dalam op.cit akulturasi (proses
penggabungan unsur-unsur yang berbeda) terjadi bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu
kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Namun,
tidak semua akulturasi dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Berikut
adalah unsur-unsur kebudayaan yang dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat
pada umumnya :
1. Unsur
kebudayaan kebendaan seperti alat-peralatan yang terutama sangat mudah dipakai
dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Misalnya,
adalah alat tulis-menulis yang banyak diambil dari unsur-unsur kebudayaan
barat.
2. Unsur-unsur
yang terbukti membawa manfaat besar, misalnya radio transistor yang banyak
membawa kegunaan terutama sebagai alat mass media.
3. Unsur-unsur
yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima
unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya murah
serta pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi
pabrik-pabrik penggilingan.
Sedangkan, unsur-unsur kebudayaan
asing yang sulit diterima masyarakat adalah :
1.
Unsur yang
menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
2.
Unsur-unsur
yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Misalnya, adalah soal
makanan pokok suatu masyarakat.
Proses akulturasi yang berjalan
dengan baik, dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing
dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur kebudayaan asing yang
diterima sebelumnya akan melalui proses pengolahan, sehingga bentuknya tidaklah
asli lagi sebagai semula.
Akan tetapi, meski sudah diolah
sedemikian rupa, sehingga merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Namun,
tidak mustahil timbul kegoncangan kebudayaan (cultural shock), hal ini terjadi
apabila warga masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi, di mana muncul
perbedaan yang tajam antara cita-cita dengan kenyataan yang disertai dengan
terjadinya perpecahan-perpecahan di dalam masyarakat tersebut.
Dinamika Kebudayaan
Dinamika
kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di masyarakat yang
menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena dia mengadakan
hubungan dengan manusia lainya. Hubungan yang makin intensif inilah yang
kemudian yang melahirkan akulturasi kebudayaan.
Menurut
Koentjaraningrat (1996: 142) semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa
proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai dinamika
social. Beberapa konsep tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Proses belajar kebudayaan sendiri,
yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi;
2. Evolusi kebudayaan dan difusi;
3. Proses pengenalan unsur-unsur
kebudayaan asing, yang meliputi akulturasi dan asimilasi;
4. Proses pembauran atau inovasi atau
penemuan baru.
Menurut
Prof. Koentjoroningrat juga wujud
kebudayaan ini di bagi menjadi tiga unsur yaitu :
1. Kebudayaan idiil, mewujudkan adat
tata kelakuan atau adat-istiadat.
2. Sistem Sosial, mewujudkan perjalanan
dengan pola pada manusia yang sifatnya nyata, bisa di lihat, bisa dipotret dan
bisa di dokumentasi.
3. Kebudayaan Fisik, hasil karya
manusia yang berujud barang-barang kebutuhan manusia yang beraneka ragam.
Dalam tiga unsur ini intinya di dua warna yaitu:
a. Barang-barang yang bisa di sentuh
atau yang ketingaling mata atau kasat mata.
b. Barang-barang yang sifatnya abstrak,
yang tak bisa di sentuh atau tidak kasat mata.
Sebutan adat tata kelakuan ini
mempunyai tugas mengatur, menentukan dan menunjukan pada manusia di masyarakat
biar tindakan baek dalam bermasyarakat. Adat kelakuan ini tak kelihatan atau
bisa di sentuh tangan, yang bisa di lihat atau dinilai yaitu tindakan manusia
di dalam bermasyarakat atau interaksi.